Kamis, 05 Desember 2013

My Profil

This Is My Profil ............ :)

Nama                          :  Mita Aprianti
Tempat Tanggal lahir    :  Batang Tarang, 23 Juni 1996
Alamat                         :  Jln. Tanjung Sari No. 101, Pontianak
Agama                         :  Islam
Jenis Kelamin               :  Perempuan
Jurusan                        :  Teknik Informatika ( KIA )
No Hp                        :  0896 5197 4110
Pin                              :  212B0B96

Dodol Durian / Lempok


Lempok Durian merupakan makanan khas Batang Tarang. Bentuknya mirip dengan dodol, namun pada dasarnya lempok durian berbeda dengan dodol durian.
Jika dalam proses pembuatan dodol bahan bakunya menggunakan campuran dari beberapa bahan yang didominasi tepung beras ketan sebagai bahan baku utama, maka dalam proses pembuatan lempok durian kami tidak menggunakan sama sekali bahan-bahan yang didominasi tepung beras ketan tadi sebagai campuran, kami hanya menggunakan daging buah durian dan gula pasir sebagai penambah aroma dan rasa.
         Berbeda dengan Lempok Durian, 98% bahan baku Lempok Durian adalah daging buah durian matang yang bersih, ditambah 2%gula pasir yang fungsinya sebagai pengawet alami.
Pada mulanya Lempok Durian diproduksi untuk memanfaatkan buah durian yang berlimpah pada saat musim durian tiba. Nah, supaya daging buah2 durian yang biasanya sangat banyak pada saat panen tersebut tidak terbuang sia-sia, daging buah durian diolah sedemikian rupa sehigga bisa awet untuk disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga mereka tetap bisa menikmati durian pada saat musim durian telah usai.
        Lempok Durian biasanya banyak dikenal di beberapa wilayah Indonesia, terutama Palembang, Pontianak, Riau, Samarinda dan Medan, bahkan beberapa wilayah di negara Malaysia dan Brunei Darussalam pun mengenal kuliner lempok durian sebagai makanan khas daerah mereka.
Cara pembuatan Lempok Durian di masing2 daerah biasanya hampir mirip, namun yang membedakannya adalah proses pembuatan,komposisi bahan dan bentuk pengemasan. Ada yang di cetak persegi panjang, ada yang silinder, bahkan ada juga yang dicetak seperti permen. Namun pada dasarnya cara pembuatan dan bahan bakunya adalah sama

Sungkui / Lemang


Siapa yang tak kenal sungkui, bagi warga Sanggau merupakan makanan yang paling favorit untuk jamuan acara-acara pesta atau pun di saat hari-hari besar seperti Idul Fitri dan Idul Adha.
Dikalangan Keraton Surya Negara Sanggau, Sungkui merupakan menu wajib. Dapat dipastikan setiap tamu yang singgah kesanaa akan disajikan makanan yang membuat liur anda  ketagihan. Pangeran Ratu Surya Negara, Drs Gusti Arman menyatakan Sungkui bukan hanya makanan tradisional biasa. Menu Sungkui adalah menu andalan untuk tamu terhormat bagi kerajaan.
Makanan khas dari Sanggau ini setelah diolah menjadi makanan bentuknya tetap sederhana, lonjong dan tipis serta memanjang. Namun, di balik kesederhanaanya itu, makanan ini punya keistimewaan dengan bau harum yang khas. Dengan kekhasannya itulah, pemesannya bukan hanya dari kalangan biasa-biasa saja. Namun, menu Sungkui sudah menjadi langganan baik para pejabat maupun pengusaha saat perayaan hari raya atau perayaan lainnya.
Cara memasaknya juga sangat sederhana, setelah dibungkus kedalam daun keririt lalu diikat menjadi 10 bungkus dengan daun yang sama. Setelah itu direbus sekitar empat jam, dimana setiap dua jam sekali harus dibolak-balik agar dapat masak merata.
Setelah jadi nasi Sungkui dapat dihidangkan dengan lauk pauk pilihan lainya seperti serondeng, sambal nanas, opor ayam, gulai dan rendang sapi. Tentunya yang paling wajib harus ada yaitu serondeng.
Untuk lebih sempurna maka boleh juga ditambahkan dengan lemang dan srikaya. Srikaya disini dimaksudkan sebagai pencuci mulut. Tentunya dapat dibuat sendiri dengan olahan telur, gula dan santan yang disteam.
Bagi Anda pencinta kuliner, menu yang satu ini layak anda coba, dijamin ketagihan di lidah anda.

Sekilas Sejarah Batang Tarang


Balai adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Indonesia. Pusat pemerintahannya berada di Batang Tarang. Kecamatan Balai berbatasan dengan Kecamatan Tayan Hilir, Meliau dan Tayan Hulu di Kabupaten Sanggau. Selain itu, Kecamatan Balai juga berbatasan dengan Kecamatan Jelimpo di Kabupaten Landak dan Kecamatan Sungai Ambawang di Kabupaten Kubu Raya.


Suku Dayak Mali, adalah sebutan untuk salah satu suku dayak yang bermukim di kecamatan Balai-Batang Tarang dan sebagian kecil di kecamatan Tayan Hilir kabupaten Sanggau provinsi Kalimantan Barat. Masyarakat suku Dayak Mali tersebar di 14 kampung di wilayah kecamatan Balai-Batang Tarang dan juga di 7 kampung yang berada di wilayah kecamatan Tayan Hilir. Populasi suku Dayak Mali diperkirakan sebesar 6.963 orang.
Perkampungan di wilayah kecamatan Balai-Batang Tarang, terdiri dari kampung Temiang Mali, Mak Kawing, Tamang, Segalang, Pelipit, Semunsur, Sei Boro’, Munggu’ Mayang, Titi Benia, Sebual, Kelinsai,Munggu’ Lumut, Sei Pantutn, dan Tibung. Sementara itu, di kecamatan Tayan Hilir, terdiri dari kampung Stengko, Kelempu’, Sei Jaman, Meranti, dan Jelimo’.

Gunung Tiong Kandang Batang Tarang


Tiong Kandang merupakan salah satu objek wisata alam yang terdapat di Kabupaten Sanggau. Wisata ini terletak di Dusun Mangkit dan Dusun Mak Ijing dengan jarak 83 kilometer dari Kota Sanggau. Hutan pegunungan yang masih alami ini menjadi daya tarik pengunjung.
GUNUNG Tiong Kandang terletak di Desa Temiang Mali dan Desa Tae Kecamatan Balai, Kabupaten Sanggau, Kalbar, yang dapat ditempuh melalui jalan darat, menggunakan Jalan Trans Kalimantan (Tayan Hilir ke arah Balai Batang Tarang).
Untuk menuju kawasan Gunung Tiong Kandang para wisatawan dapat mengunakan dua jalur, yaitu melalui Dusun Mangkit, Desa Temiang Mali dengan jarak 2.502 meter sampai ketengah-tengah (pedagi) Gunung Tiong Kandang. Atau melalui Dusun Mak Ijing, Desa Tea dengan jarak 2.855 meter sampailah ketengah-tengah (pedagi)  Gunung Tiong Kandang.

Kearton PakuNegara Kesuma Tayan


Salah satu bukti peninggalan Kerajaan Tayan yang masih ada saat ini adalah sebuah bangunan Keraton Pakunegara Kesuma yang merupakan salah satu dari lima cagar budaya yang ada di Kalimantan Barat berdasarkan KEPUTUSAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA  REPUBLIK INDONESIA  Nomor : KM.10/PW.007/MKP/03 TENTANG PENETAPAN GEREJA TUA SEJIRAM, KERATON KERAJAAN TAYAN, RUMAH ADAT BETANG PANJANG, KERATON SANGGAU, DAN KERATON KERAJAAN SINTANG YANG BERLOKASI DI WILAYAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT SEBAGAI BENDA CAGAR BUDAYA DAN/ATAU SITUS YANG DILINDUNGI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1992. Selain itu juga terdapat tiga buah meriam berada di halaman keraton tersebut yang bertuliskan tahun masehi 1698, serta sebuah Masjid yang kesemuanya berkondisi kurang terawat, sebab hanya mendapatkan perawatan dari ahli waris keraton serta warga sekitar.

Makam Juang Kab. Landak


Makam  juang Mandor terletak 88 kilometer dari kota Pontianak, atau 75 kilometer dari kota Ngabang dan dapat dicapai dengan kendaraan roda dua dan empat. Di lingkungan makam yang berada di 10 lokasi ini juga terdapat cagar alam. Makam juang Mandor merupakan akibat terjadinya peristiwa pembunuhan massal pada 28 Juni 1944 oleh penjajahan Jepang. Menurut catatan sejarah sebanyak 21.037 korban pembunuhan tersebut dimakamkan di 10 makam ini. Rumah Betang Saham, terletak 52 Km dari ibu kota Kabupaten Landak terletak di Desa Saham, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak. Betang tersebut merupakan tempat tinggal masyarakat Dayak Kanayant. Betang Saham berdiri sejak 1875. Bangunan ini terdiri dari 35 pintu atau blok. Setiap pintu atau blok dihuni oleh 1 kepala keluarga dan panjangnya 180 meter.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | SharePoint Demo